jadi, kembali pada hal ini :
kemarahan pada lingkungan sekeliling yang tak kunjung memiliki kesadaran bahwa desain grafis adalah sebuah profesi sehingga begitu banyak yang harus diperjuangkan agar tak selamanya dipandang sebelah mata. ECIYE...
selagi membaca 79 Short Essays on Design-nya michael bierut, saya sadar bahwa kesadaran diri saya sebagai seorang desainer grafis lebih banyak disetir oleh ke-sok-tahu-an dan sok-ingin-dihargai-segitunya. saya hampir ingin bilang dan nyinyir : bahwa desain grafis indonesia ketinggalan begitu banyak hal. lalu tiba-tiba saya ingat, bukan bermaksud untuk jadi lebay : saya sebagai mahasiswa desain grafis yang dididik di institusi indonesia (tingkat akhir pula!) bukannya juga turut memegang tanggung jawab untuk 'mengejar' ketinggalan-ketinggalan itu?
selagi saya menyinyir ketertinggalan desain grafis indonesia dengan negara lain apalagi di barat, saya sedang membuang-buang waktu yang seharusnya bisa saya gunakan untuk menghasilkan karya-karya; termasuk karya-karya fungsional yang sedikit banyak membuat publik mulai berpikir bahwa, "kita memang butuh perancang grafis" atau proyek-proyek eksperimental yang dapat menambahkan sesuatu pada desain grafis sebagai ilmu (yang karena ada ilmunya maka berguna juga pada industrinya).
sebab jangan-jangan, ketika kita menuntut penghargaan publik akan kedesainer-grafisan, sebenarnya kita juga tidak paham-paham benar bagaimana memposisikan diri sebagai perancang grafis, atau bahkan juga tidak paham apa yang seharusnya dikerjakan dengan bekal disiplin ilmu desain grafis, atau malah-malah juga tidak memahami desain grafis itu sendiri.