jeda spasi

8/11/2011 11:54:00 AM



mengapa dalam gesa kau menjawab?
semacam dopamin-kah aksara yang bersenggama?
karena lelah adalah sisi kiri gelap majas dalam puisi
maka aku menarik napas panjang, menjejeri tanya dalam jeda spasi :

apakah indera kita pernah berjumpaan dalam rupa?
atau hanya sekedar dalam sanksi rima saja kita bersentuhan?

tapi siapa yang hendak berserah pada yang niscaya?
semacam, apa yang kau cari?
seperti, misalnya
nama
atau rupa
atau persona
yang lambat sama dalam buta selagi hidup dalam dimensi dua puluh enam bertanya
, untuk apa?

ah, siapa yang hendak berserah pada yang niscaya?

mungkin kau seorang kawan lama yang pernah kusampirkan duga
atau kau seorang yang asing yang terantuk prosa-prosa manusia bising
atau kau sekedar reform komunal abjad yang bengal.

mungkin kau menyimpan banyak tentang aku
mungkin aku pun menyimpan banyak tentang kau
tapi aku tak tertarik untuk lebih banyak bertanya
karena dalam aksara kebertiadanamaan, biar darah kita menjadi sama



mungkin kau bukan lagi tak bernama;

kau Anonimus,
sajakmu membius.

You Might Also Like

1 comments

  1. Mencengkram dada menatap ratusan purnama dalam kesendirian
    Maafkan gesa saat rindu menemukan kawanan berpulang
    Tanpa daya menahan teriakan bising di dada dalam remuk rindu jantung
    Untuk setetes bening bius penghangat kesepian panjang

    Didalam rupa kita tiada mengenal, di dalam angan jua tak kunjung
    Takdir bercanda melemparkanku kedalam jejak aksaramu
    Astaga tega kejam nian bengal aksaramu menculik nalarku,
    Dialah yang bersalah padaku, aku membenci dan merindunya

    Sesungguhnya pengelana malang ini menangis meratap kegilaannya
    Tiada yang kucari, tiada yang kuinginkan,
    hanya jiwa malang murni yang terjerat pesona aksaramu
    Sintingku menemukan kegilaannya mengendus setiap jejak langkahmu

    Bebaskanlah kabut sukmaku yang terbelenggu aksaramu

    Mimpiku mengenalmu,
    Bercanda dan bertukar ratusan gelas aksara menjemput mabuk
    Dalam senyum, menatap rembulan terguyur kebenaran
    aku hanyalah pengelana asing berteman bayangan yang setia

    Dalam aksaramu aku menemukan diriku
    Rangkaian indahmu yang membangunkan sajak dalam darahku
    Dalam nyata aku tak peduli
    Karena hidupku dalam angan dan bayang kata kata

    Menari di pucuk kebahagiaan dan kebebasan adalah asalku
    Memuji keagungan hidup dalam percikan senyum adalah nadiku
    Mencinta dalam kebebasan adalah khayalku
    Tiada keinginan apapun untukmu perempuan

    Jikalau ada…

    Itu adalah cumbu dan senggama yang melebihi rupa dan bentuk
    Yang membakar setiap tetes kehidupan dalam gairah dan nafsu
    Yang melumatkan kesadaran dan memabukkannya
    Membaringkannya dalam nirwana kenikmatan aksara
    Dalam orgasme tak terucap
    Meninggalkan desah dari bibir perawan yang terpuaskan
    Dalam pesona kata kata surgawi


    Akulah Anonimus,
    Galau yang terbius

    ReplyDelete

followers

Subscribe