­

#bla

8/18/2011 10:59:00 PM

lagi, pikiran-pikiran di dalam bis:

1. kepikiran sebuah program di televisi swasta yang dengan bangga menyebut si program sebagai pencetus meningkatnya kepedulian anak muda indonesia terhadap politik hari-hari ini. ada excitement yang muncul waktu nonton episode-episode awal, lalu selebihnya jenuh dan menonton sambil lalu; sampai akhirnya memilih untuk tidak nonton sama sekali. bahkan ketika akhirnya kebetulan nonton dan berusaha mengikuti sampai selesai, yang muncul malah rasa jengah. entah jengah karena apa. mungkin karena si PP ini sebenarnya semacam demokrasi yang kebablasan. atau demokrasi yang keliru. atau sekedar contoh saja kalau demokrasi mengecewakan, or even more, democracy is a lie.
mungkin memang semakin banyak anak muda yang berbicara tentang politik, atau sesuatu yang mereka sebut politik. mungkin memang semakin banyak anak muda yang menyisakan waktu untuk menyaksikan berita, mengikuti akun-akun berita di twitter, membaca apa yang media-media sampaikan, lalu berbicara tentang apa yang mereka serap dari media; lalu menganggap dirinya "melek politik" karena rajin berkomentar tentang apa yang media sedang propagandakan (yes, it's exactly what mass medias are doing, i'm telling you.)
dan bagi saya, kemelekan politik bukan cuma sekedar rajin berkomentar tanpa pernah paham esensi mendasar dari yang dikomentarin. kadang lebih baik diem aja, nonton, sambil dalam "kediaman" berpikir tentang solusi yang bisa dilakukan dalam "diam" tapi nyaring dalam perbuatan.
tapi mungkin begitu seharusnya demokrasi diterapkan? tapi jika opini-opini yang ramai atas "doktrin" yang disampaikan lewat media massa, yang dalam budaya generasi instan ini, disalahartikan oleh mereka sebagai "kebenaran" absolut, tanpa mau repot mencari, menyanggah, melengkapi, memperbaiki, menyetujui dengan evidence of reason-nya sendiri, apakah memang demikian demokrasi seharusnya dicapai?
melek politik bukan cuma perkara rajin ngomong. politik bukan hanya sekedar opini. bahkan bisa saja seenaknya diartikan saya melek politik hanya karena beropini bahwa politik bukan sekedar opini....... enggak tau ah. politik tai kucing.

2. kepikiran tentang individualitas yang akan menghilang jika komunisme diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan bernegara, dan tiba-tiba rasanya bolong sekali ketika membayangkannya. karl marx kan bilang, bahwa individu itu baru ada ketika masyarakatnya komunal (dan iya, tanpa kelas). lalu semua sama rasa sama rata. lalu, ya lalu...... waktu saya bayangin rasanya langsung kebas, apalagi sebelumnya saya lagi kepikiran tentang eksistensialisme yang banyak melekat ke pandangan hidup saya sekarang-sekarang ini. dan wow. mengerikan kalau sampai individualitas, dalam artian dalam diri yang sudah tak bisa lagi dibagi itu, akhirnya tenggelam dalam pemerintahan yang komunis.
dan semakin menemukan bahwa anarchism-communism itu menarik. oh, anarcho-communism mungkin lebih tepat bahasanya. ah apalah. dalam anarcho-communism, sistem pemerintahannya anarkis (sistem pemerintahan tanpa pemerintah hahaha maafkan bahasa saya yang malfungsi), dan komunisme adalah sistem perekonomiannya. mungkin sosialisme akan lebih tepat. left-libertarianisme ini memang utopis sekali sih tapi ya yang realis hanya kapitalisme katanya hahaha.

3. masih tidak paham dengan yang masih mengkorelasikan kepercayaan akan keberadaan Tuhan dengan kepemilikian agama. yes i do believe in the existence of One (iya, huruf besar. pencipta langit dan bumi yang berimanen dalam segala ciptaan sekaligus bertransendensi atas segala ciptaan), but i trust no organized institution. apa artinya jadi teis? panjang penjabarannya. you could never imagine how rough one's path to believe in things that gives meaning to their entire life, dan setiap orang punya hak untuk itu.
saya sampai pada satu kesadaran bahwa justru mereka yang mencari tahu lebih banyak tentang kepercayaannya adalah yang benar-benar menghargai dan "mencintai" kepercayaannya itu. dan proses mencari tahu bisa termasuk di dalamnya meragukan dan mempertanyakan karena segala sesuatu yang tidak dibantah bukan sesuatu yang sehat. justru saya jadi mempertanyakan "kesetiaan" macam apa yang mereka gembar-gemborkan dalam mempercayai hal yang sebenarnya, mungkin, tidak mereka pahami sama sekali. mengerikan. in(dogma)nesia, kalau kata @fullmoonfolks.

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe