­

Leonardo da Vinci and His Modern Mind

1/22/2011 07:02:00 PM

a midterm essay on Leonardo da Vinci and his modern mind.
subject : Sejarah DKV
pertanyaan dasar diskusi :
1. Apa yang menjadi ciri modern pada figur Da Vinci? (bandingkan dengan figur dari era pra modern)
2. Apakah ciri modern tersebut mempengaruhi ke bidang desain? Jika ya, seperti apa? (Berikan contoh)

*
Bicara tentang Leonardo da Vinci, kita tidak akan pernah lepas dari masa keemasan Renaissance yang dimulai sejak akhir abad 14 di Italia Utara dan menyebar cepat hingga abad 16. Renaissance merupakan masa paling penting dalam sejarah kehidupan manusia berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan dari kemampuan berpikir manusia yang tampil paling signifikan di hampir seluruh bidang; mulai dari filsafat, sains, dan juga seni. Renaissance memiliki arti ‘kelahiran kembali’, dengan pemaknaan dan latar belakang pemikiran filosofisnya yang mendalam.

“..Dan yang dilahirkan kembali itu adalah kesenian dan kebudayaan Yunani Kuno. Kita juga membicarakan humanisme Renaissance, sebab sejak sekarang (masa Renaissance –ed.), setelah abad Kegelapan yang panjang yang di dalamnya setiap aspek kehidupan dipandang melalui cahaya Ilahi, segala sesuatu kembali berputar di sekitar manusia. ‘Kembali ke sumber’ menjadi moto, dan itu berarti humanisme Yunani Kuno.” (Dunia Sophie, Jostein Gaarder, hal.308)

Yang kita tahu pasti dari dasar-dasar pemikiran perkembangan segi kehidupan di masa itu, Renaissance menimbulkan sebuah pandangan baru tentang manusia. Pandangan ini menekankan nilai-nilai ke-manusia-an “yang sangat bertentangan dengan tekanan dari Abad Pertengahan yang penuh prasangka pada hakikat manusia yang penuh dosa. Kini (masa Renaissance –ed.) manusia dianggap sangat hebat dan berharga.. Tapi humanisme Renaissance jauh lebih dikenal karena tekanannya pada individualisme. Kita bukan hanya umat manusia, kita adalah individu-individu yang unik.” Gagasan inilah yang mendorong pemujaan yang tak terkendali pada kecerdasan pikiran, yang membawa kita pada istilah manusia Renaissance atau l’uomo universale, yaitu manusia dengan kecerdasan universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan, ilmu pengetahuan, dan kesenian. “Manusia sekali lagi menjadi berani untuk menjadi dirinya sendiri. Tidak ada lagi yang membuatnya malu.” (Dunia Sophie, Jostein Gaarder, hal.311-312)

Leonardo da Vinci, seorang jenius pada masanya, adalah salah satu l’uomo universale yang paling terkenal dengan pemikiran dan hasil karyanya yang luar biasa. Dalam figure Leonardo da Vinci, dapat kita temukan ciri-ciri modern, yaitu:
a. pemahaman nilai tertinggi manusia yang terletak pada akal manusia secara individu,
b. anthroposentris dalam karya dan perlahan lepas dari sifat theosentris yang melulu berpusat pada Ilahi,
c. kesadaran atas subyektivitas, dan
d. mulai kendurnya aturan-aturan dan ajaran-ajaran klasik pra-modern yang mengkelaskan masyarakat dan larut dalam kelompok yang sibuk mempertahankan tradisi mereka.

Sebagai seorang yang sangat tertarik terhadap alam dan bagaimana alam bekerja, Da Vinci mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya dengan mengandalkan kemampuan akalnya sendiri dan tidak lagi berpaku hanya pada pemahaman yang diberikan oleh ‘petinggi’ sebagaimana yang terjadi pada masa pra-modern, dimana pengetahuan itu ‘diturunkan’ sebagai wahyu oleh kalangan-kalangan tertentu saja, seperti raja, bangsawan, dan biarawan. Da Vinci mencari pengetahuan itu, bukannya menerima.

Dengan adanya penekanan pada individu itu juga, Da Vinci (dan seniman modern Renaissance lainnya) sudah memberikan penamaan-penamaan diri atas karya yang mereka buat sebagai bentuk apresiasi atas buah karya akal mereka. Pandangan yang ada adalah, apa yang mereka lakukan tak hanya semata-mata demi Tuhan (theosentris), melainkan bersifat anthroposentris (berpusat pada manusia). Pada masa ini mereka tidak lagi pasrah pada takdir, melainkan memiliki keyakinan akan kebebasan diri, akan hak untuk menetukan diri mereka sendiri. Manusia dan akalnya adalah yang tertinggi, dengan kesadaran mereka, manusia, sebagai subyek (‘aku’ rasional). Titik tolak sudah tidak lagi pada Tuhan, tapi titik tolak dari manusia itu sendiri.

Leonardo da Vinci memunculkan ide-ide dari dalam kepalanya sebagai sebuah pemahaman baru, bukan hanya bersandar pada dogma-dogma yang diterapkan pada masyarakat pada masa pra-modern. Leonardo bertumpu hanya pada pemikirannya secara rasional dan ilmiah. “Bagi Leonardo, imajinasi sang seniman senantiasa terkait erat dengan pemahaman intelektualnya terhadap alam semesta.” (Sains Leonardo, Fritjof Capra, hal.47)

Pola pikir Da Vinci juga telah terlepas dari pemaham pada era pra-modern yang menekankan sistem masyarakat kelas. Pada era pra-modern, seseorang dianggap berarti jika ia merupakan bagian dari kalangan aristrokat, bangsawan, anggota kerajaan, biarawan, dan sebagainya. Orang-orang biasa di luar kalangan terhormat tersebut memiliki kesempatan yang terbatas dalam mengeksplorasi diri karena segala sesuatunya harus bergantung pada orang-orang ‘kaum atas’. Era pra-modern adalah era di mana setiap individunya larut dalam kelompok untuk melestarikan tradisi dan mereka semua bersifat tradisional. Kita tidak akan pernah menemukan nama-nama individu dalam sejarah pra-modern selain nama-nama raja, bangsawan, dan lain sebagainya.

Terlahir sebagai seorang anak haram yang membuatnya tidak bisa melanjutkan pendidikannya di scuola de lettere (“school of letters” - sekolah lanjutan universitas), Leonardo menjadi pribadi yang tidak lagi terikat pada ajaran-ajaran klasik. “Ia juga menyadari bahwa dengan tidak terkekang pada aturan-aturan klasik dalam retorika merupakan keuntungan besar karena membuatnya lebih mudah untuk belajar langsung pada alam, terutama ketika observasinya bertentangan dengan ide-ide konvensional. (Sains Leonardo, Fritjof Capra, hal.92)

Seperti yang disampaikannya dalam Codex Atlanticus, folio 327v, “Aku sangat menyadari bahwa karena bukan orang melek huruf, beberapa orang yang curiga akan mengira bahwa mereka dapat meremehkan aku dengan akal. Orang-orang dungu! ... Mereka tidak mengetahui bahwa obersvasiku lebih berharga karena diturunkan langsung dari pengalaman, ketimbang dari kata-kata orang lain…”

Penekanan pada akal manusia, pengalaman indra untuk terus mencari jawaban, dan keterlepasannya dari aturan-aturan klasik inilah yang menjadi ciri khas utama Leonardo da Vinci dalam era modern.
Yang harus digarisbawahi dari cara kerja Leonardo da Vinci sebagai seorang seniman modern adalah proses penciptaan karyanya yang sangat ilmiah, bukan karena hanya semata ia menjadikan alam, seperti air, burung, dan angin sebagai obyeknya, melainkan juga penekanannya terhadap penelitian dan observasi.
Ciri-ciri modernnya yang berangkat dari akal manusia sebagai subyek rasional, penghargaan terhadap individu, penciptaan karya yang sifatnya lebih kea rah anthroprosentris, dan juga berpegang pada obersvasi dan pengalaman itu member pengaruh banyak bagi bidang desain pada saat ini.

“Sebuah perubahan revolusioner yang dibawa Leonardo bagi sejarah alam pada abad 15 adalah kekukuhannya pada observasi langsung atas alam semesta. Sementara para filsuf dan ilmuwan Yunani mengutuk eksperimen, dan sebagian besar humanis Renaissance mengulangi secara tidak kritis apa saja yang dikatakan teks-teks klasik, Leonardo tidak pernah lelah dalam menekankan pentingnya sperienza, pengalaman langsung atas gejala alam.” (Sains Leonardo, Fritjof Capra, hal.213)

Berangkat dari pemahamannya untuk berdasar pada kemampuan akal manusia, hasil karyanya selalu berdasar pada hasil penelitian yang mendalam sebagai hasil pengalaman indra yang diolah oleh kemampuan akal. Konsep menjadi sesuatu yang penting, seperti pada persiapan pembuatan fresco The Last Supper. Da Vinci mengolah scene mana yang harus ditonjolkan pada fresco agar lebih menarik dan lebih memiliki ‘jiwa’.

Selain itu, seni yang Da Vinci lakukan adalah seni yang ilmiah dan rasional, yang sangat berpengaruh pada bidang desain. Melalui observasi, selain mengutamakan intelejensi si desainer dalam penetuan konsepsi desain yang baik, ia juga harus bisa menjadikan karyanya sebagai sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan;. Ia melakukannya ketika melakukan pembuatan kuda perunggu di istana Sforza, ia melakukan pengamatan yang banyak atas kuda-kuda di alam liar; begitu juga ketika melakukan observasi pada karakter di The Last Supper: ia melakukan pengamatan berbulan-bulan atas mimik dan tipikal wajah yang sesuai dengan pencitraan perjamuan makan terakhir yang ingin ia gambarkan.

Hal ini berkaitan dengan esensi seni modern itu sendiri. Kita tahu bahwa seni modern/desain sudah tak lagi sebuah bentuk ekspresi personal si artisan saja, melainkan sebuah karya yang harus bisa diterima oleh orang lain. Kita bisa melihatnya dari Leonardo yang banyak bekerja pada orang, seperti saat melukis di istana Sforza. Ia mengerjakan lukisan dan seni yang harus bisa dimengerti orang lain, bukan hanya sebagai pelampiasan Leonardo.

Selain sebagai pelukis dan peneliti alam, Leonardo da Vinci juga seorang inventor. Ia memiliki kejeniusan yang begitu luar biasa dalam mekanisme mesin, terbukti dengan desain-desain mesin yang ia gambar di notebook, antara lain: sketsa-sketsa kapal terbang (ia terobsesi pada burung), mesin penggiling gandum yang digerakkan oleh tenaga air, pengerek beroda dua (katrol), beberapa mesin perang penghancur, dan lainnya. Apa yang dilakukan oleh Da Vinci inilah yang berpengaruh pada esensi bidang desain masa kini, yaitu: desain modern sebagai problem-solver. Da Vinci dengan sketsa-sketsa konsep mesinnya mencoba menawarkan sebuah pemecahan masalah yang dipertanyakan oleh manusia, seperti bagaimana untuk terbang, bagaimana kita bisa berada di dalam air tanpa kesulitan bernapas, dan sebagainya.

Sebagai pemecah masalah, contoh lain yang mencolok dari da Vinci yang bisa kita angkat adalah pembedahan tubuh manusia yang ia lakukan. Pada masa itu, yang dilakukan oleh da Vinci adalah sesuatu yang dianggap sebagai perbuatan bidah oleh gereja Katolik Roma, sementara di sisi lain, manfaat yang kita dapat dari penelitian dan record gambarnya atas pembedahan bagian-bagian tubuh manusia menjadi dasar kedokteran terutama pembedahan pada masa kini dan menjawab pertanyaan tentang bagaimana rangka menopang dan menggerakkan tubuh, bagaimana mata melihat, bagaimana janin hidup di dalam perut ibu, cara kerja jantung, termasuk penemuan akan penyakit akibat penyumbatan pada pembuluh darah orang lanjut usia, dsb.
Prinsip Leonardo da Vinci untuk berpegang pada konsepsi, observasi mendalam untuk mencapai desain yang ilmiah dan rasional, dan produksi desain yang mampu menjadi pemecah masalah inilah yang berpengaruh pada bidang desain, terutama di masa kini.






Bibliografi:
Leonardo Da Vinci : The Man Who Wanted to Know Everything. BBC. 2004
Leonardo Da Vinci : Dangerous Liasons. BBC. 2004
Gaarder, Jostein. Dunia Sophie – Sebuah Novel Filsafat. Mizan, Bandung. 2008
Capra, Fritjof. Sains Leonardo. Jalasutra. Yogyakarta. 2010

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe