hantu

5/20/2012 10:37:00 PM

Kekasihku menyebutnya hantu. Hantu-hantu ruang konferensi dan diskusi.
Hantu-hantu ini barangkali berlemak juga dalam kepalanya (jika ada jasadnya, tapi tak kita inderai), pikirannya termanifesti dalam masturbasi di ruang diskusi.
Rakyat kita miskin dan kita prihatin. Jika Bapak Presiden hanya berkata demikian, kita katai dia sampah negara. Tapi kita juga senang memuja Zara, toh? Juga hal-hal yang tak kumengerti juga maksudnya apa.
(Aku memuja uang dua ribu rupiah karena membawaku nyaris sampai ke rumah)

Sekali waktu aku pergi berkunjung ke ruang diskusi. Lalu menagih. Nikmat benar kita masturbasi.
Maka kupergi lagi ke lebih banyak ruang konferensi dan diskusi, masturbasi, dan menyinyiri begitu kembali ke ruang kelas: karena kawanku hanya pergi menonton dan menjadi dungu di depan televisi.


Dari kesemuanya kucatat satu hal yang serima: REVOLUSI.
Cantik benar katanya! Kurajah saja di dada, dan mesti di sebelah kiri, katanya.

Jadi hari ini aku pergi lagi ke ruang kelas. Kawan-kawanku segan karena aku berotak dan lihai lidah bersilat dan kelu lawanku berdebat. Sampai panas ruang kelas. Salam, Kamerad!, sapa yang bisa kuajak cengkerama.
Semakin merah kita. Semakin hitam kita. Semakin berpalu arit kita. Semakin bintang merah kita.
Kata-kata kita, di ruang diskusi dan ruang kelas yang dingin.

Besok aku akan bangun lebih pagi dan pergi lagi berdiskusi karena otakku perlu gizi. Masturbasi lagi.
Tapi siang ini aku melindur dan mengira sudah mampus aku, tak tahunya masih di ruang kelas dingin yang sama. Hanya saja tinggal bangku-bangku kosong berderet serupa kaki dan joknya dan rupanya - semuanya.
"Mampus kau, masturbasi benar-benar sendiri!" kudengar suara, tak ada raganya.
Eh jangan-jangan ini hantu-hantu mengikutiku ke ruang kelas dari ruang konferensi dan diskusi.

"Muncul kau, Hantu! Nalarku akan menundukkanmu!" kuteriak lantang, tak ada raga : hanya deretan bangku-bangku serupa kaki dan joknya dan rupanya - semuanya. Sepuluh, belas, puluhan. Puluhan bangku serupa kaki dan joknya dan rupanya hingga warnanya bentuknya - semuanya.

Hantu tadi berteriak meledek lagi dan aku geram.
Aku berlarian mencari pintu lalu terbentur.
Begitu mengaca yang kulihat hanya bangku!
Bangku yang serupa kaki dan joknya dan rupanya - semuanya! Sama seperti yang lainnya!

"Hahaha! Mampus kau!"

Mampus kau!, kubentak yang kulihat di kaca. Kau menghantu tanpa kau tahu.
Dan sudah jelma kau sama jadi bangku!
Kita serupa dan tak menahu, kau sempat punya nama, dulu. Tapi kini kau cuma bangku. Dan hantu.

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe