pillow talks dalam koper
6/24/2012 10:38:00 PM
saya tetap tak bisa berhenti tertawa, tapi bukan karena saya tak punya agama. pagi ini saya ke gereja dan tak kunjung berhasil mengingat nikmat doa yang saya temui waktu remaja. saya tertawa pada yang niscaya
bahwa agama telah begitu megah menjadikan kita berhasil melupakan dan meninggalkan dengan segera: perhatian, ingatan, juga perasaan. saya duduk sendirian di halte bus menjelang tengah malam dan tak ada yang mengingat apa saya baik-baik di jalan? saya menggugam di dalam taksi dan tak ada yang mengingat apa saya benar-benar menikmati lelucon-lelucon yang dilemparkan?
saya pergi sendirian - saya begitu ingin pergi sendirian.
saya ingin sekali berhasil pergi berlari, saya begitu ingin pergi sendirian.
saya ingin kembali mengingat sebuah nikmat dari kesendirian dan kesepian, tapi saya telah lupa. mengapa pertemuan-pertemuan memisahkan ingatan tentang nikmat sebuah kesendirian? saya tak kunjung paham hukum mekanika tuhan.
kita hanya manusia-manusia dengan perasaan yang sia-sia dan sialan.
saya pergi sendirian, duduk di dalam bus, dan berpura tak melihat lelaki-lelaki yang melempar senyuman: sebab saya tak lagi menikmati kesendirian. saya menikmati jarak tapi tak lagi menikmati sesak. saya tak lagi ingat nikmat sebuah kesendirian.
bau minyak wangimu saja tiba-tiba muncul di dalam bus dan saya ingin sekali pura-pura tertidur.
tapi saya telah terbiasa mengingat sebuah rindu dan menyimpannya menjadi kemarahan. saya rasa saya tahu mengapa saya benci untuk berdoa.
makanya saya hanya tertawa.
saya tertawa untuk mengingat megah agama
yang berhasil membuat manusia dengan segera melupakan: perhatian, perasaan, juga ingatan. tentang perjalanan yang kita susuri di kebun belakang, tapi saya tak kunjung bisa mengingat sebuah lupa.
saya ingin sekali bisa pergi berlari, saya begitu ingin pergi sendirian.
saya ingin bisa mengemasi dengan segera segala ingatan juga perasaan, jejal dalam koper yang bisa saya buang di persimpangan - sekedar memulai perjalanan, menemukan kemungkinan-kemungkinan rumah baru yang bisa saya singgahi bahkan tinggali, meski sementara.
tapi saya tak kunjung bisa mengingat sebuah lupa.
0 comments