fragmen
3/05/2012 11:05:00 PM
rasa-rasanya lama sekali saya tidak menulis. sebatas berbicara dan berpikir, dan menyelesaikan beberapa perihal belakangan ini yang jika dirunut kembali malas sekali rasanya. saat ini satu jam menuju tengah malam dan saya belum juga tidur. tentu, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. tapi akan selalu ada pekerjaan yang harus diselesaikan, maka saya memutuskan untuk menulis barang beberapa kalimat.
saya juga tidak tahu apa yang ingin saya tulis. saya tidak tahu apa yang harus saya tulis.
tapi saya tahu saya harus menulis. entah mengapa.
barangkali saya hanya sedang berupaya memenuhi beberapa rasa rindu di kepala saya untuk membaca ulang beberapa deret kalimat yang saya sejajarkan dari alam bawah sadar saya; untuk sekedar belajar memahami keinginan diri saya sendiri. oh, ya, betapa kesadaran jauh sekali rasanya dari titik penuh dalam individu yang sedang mengetik sendiri di ruang depan ini. ada seribu waktu yang meminta untuk kau perbincangkan di belakang gorden ungu, ujar sebuah suara di kepala saya. ya, saya sendiri.
ada ingatan tentang kebun waktu afrizal malna di buku bersampul batik yang manis. yang dari tangan si empunya membiarkan debaran yang menyenangkan selepas sebuah pelukan dan kecupan terus mengganggu di tepi kasur. apakah masih perlu dan tidak terburu-buru untuk berkata bahwa, barangkali memang kamu yang bisa menjadi yang terkecuali? usia saya masih dua puluh, dan angan-angan saya masih ingin menjadi menyebalkan (yang sesungguhnya, sungguh menyenangkan!). dan rasa ingin saya masih berangan menjadi menggairahkan; ya, mimpi-mimpi tentang hidup yang saya pilih sendiri, saya bentuk sendiri, saya sisipkan prinsip sendiri. tapi seseorang ini adalah sebuah kecuali, saya tidak ingin hidup sendiri. tidak lagi. (atau untuk sekedar saat ini. saya telah memutuskan untuk memilih acuh pada yang pasti.)
tiba-tiba saja saya jadi ingin bertanya. mengapa ketika saya menuliskan beberapa kata yang kebetulan manis rimanya ini, rasanya lebih menyenangkan? pun beberapa puisi dan prosa di kumpulan-kumpulan tulisan di tampilan jejaring yang lain, penulis-penulis asing, sisipan halaman buku yang manis baunya; seolah hanya menyenangkan jika kita menulis tentang rasa dan membesar-besarkannya.
ah, barangkali saya termasuk penyair salon, "yang bersajak tentang anggur dan rembulan", seperti kata rendra.
seperti tengah malam kemarin saya berjalan di jembatan halte transjakarta dan menyaksikan anak-anak jalanan grogol berkancut berlarian, dengan besi-besi jembatan berbunyian dab bergetaran, adu bising dengan deru mobil yang ternyata masih ramai di sabtu malam. anak-anak itu bermain sepak bola, dan meneriaki "anjing!" pada pengamen di jalan untuk mengambilkan bola yang ternyata terlempar ke jalanan di bawahnya. mereka berkancut di jembatan pada sabtu malam. bermain bola yang dekil dan tak lagi pejal.
dan bapak-bapak kita menyebut dirinya kaum terpandang dan modern dengan menuntut kemajuan lewat jumlah mal yang berhasil didirikan. saya ingin menyendiri di perpustakaan. atau berdua dengannya di taman. atau kita bisa pergi ke pameran, pemutaran film yang tidak ada di bioskop, atau sampai tengah malam menonton wayang orang di senen. tapi saya hanya menulis ini dan tidak melakukan apa-apa.
rendra, apa saya juga yang kau sebut penyair salon?
tapi saya sudah lama tidak merenungkan tentang rembulan.
dan saat ini saya seharusnya memikirkan perihal yang lainnya untuk esok pagi. tapi saya enggan.
rasa-rasanya ingin tidur cepat karena tangan kanan saya seperti kebas.
sepanjang hari di depan adobe dan mensketsa layout-layout. memuaskan namun melelahkan. menyenangkan meski terlebih dahulu menggerutu menyebalkan.
memang benar, ini adalah kebebasan.
dan lagi-lagi saya juga tidak mengerti kenapa orang ini muncul di kepala saya lagi (atau memang dari setadi tidak pernah kunjung pergi?); kamu juga telah ambil bagian dalam kebebasan saya.
kangen itu menyenangkan, ya. juga ketidakpastian dan harapan-harapan yang mengisi spasi-spasi.
ketemu, yuk, di mimpi. saya ingin mengajakmu tersesat di kebun waktu... lagi.
0 comments