#
9/13/2011 06:03:00 PM
masa kehidupan yang terpararelkan mungkin akan terus berulangan lagi:
segala pertemuan, sapaan-sapaan, lambaian, atau pertemuan iris mata yang bertatapan.
entah jika kita sama-sama akan kembali menghausi percakapan, atau sekedar jabat tangan, "hai, apa kabar?" lalu berebutan berbicara tentang segala yang tak mungkin, sekedar menguluri fragmen momentum waktu yang kita takuti sampai pada waktu habis.
terkadang kupikir, mimpi-mimpi berbicara terlalu banyak, merumitkan sulaman kelopak-kelopak bunga tidur sehenti dengkur; mungkin memang pada tiada yang niscaya kita sebenarnya menjejak.
yang kuingat namamu.
(ya, mungkin juga dengan sisaan kopi di gelas, tumpukan abu rokokmu di asbak yang tak berbahasa, bau tembakaumu di mantel dan kulit, goresan-goresan pensil di kertas cokelat, lelucon tentang kebodohan, sisipan masa lalu yang begitu landai, perkara-perkara sederhana yang tak pernah terjamah....)
ah, ya. yang kuingat adalah namamu,
dalam negativa montase rindu yang ternyata, telah begitu biru.
2011.
(apa kita bisa sekedar kembali bercakap-cakap dan kembali pada ketidakpedulian yang sama?
berdua, berkata, berkhayalan, tentang hidup dan manisnya kepahitan dan kesepian.
kita hanya tak pernah sampai pada paham
mengapa rindu hidup menahun dan tak mengerti arti berhenti.)
mengapa rindu hidup menahun dan tak mengerti arti berhenti.)
0 comments