pada yang kedewasaannya saya pertanyakan
7/14/2010 11:39:00 AM
there's something else i am afraid of besides commitment:
to grow up; of getting old.
the burdens that follow which scare me the most.
kadang saya bertanya-tanya bagaimana orang dewasa di sekitar saya menyikapi pelipatan usia yang daripadanya, kita tidak bisa melarikan diri;
bertanya-tanya bagaimana mereka menyikapi keharusan untuk menjadi dewasa dalam kematangan usia yang membuntuti titik ukur tingkah lakunya;
bagaimana mereka melupakan keresahan dirinya sendiri dalam menebaskan estimasi terhadap kekanakan yang saya yakin mereka rindukan.
bagaimana akan mereka jawab kebingungan saya? toh saya pikir juga mereka linglung sendiri memaknai kedewasaan itu sendiri.
tahu banyak dan berarti selalu jadi yang terpintar?menjadi bijak dan berarti selalu menjadi benar?
banyak yang "tua", atau setidaknya hadir sebagai sosok yang di-tua-kan, ingin membaur malah terlalu asyik melenceng dan lupa diri: bertingkah seperti anak kecil, yang ketika direntangkan lagi usianya, malah membuatnya jadi bahan cemooh.
banyak bertingkah dan berbicara tanpa menunjukkan kemampuannya untuk berbuat.
bicara tentang profesionalisme tapi terjungkal juga dalam keangkuhannya sendiri.
membagi pengetahuan tapi lupa kesamarataan hak yang dimiliki setiap orang untuk menerima ilmu.
berbagi dengan kasih tapi lupa kalau cinta bukan cuma sekedar eros (atau mungkin sengaja dilupakan, ya, cinta universal itu ada?)
mengaku membangun kebersamaan, tapi toh saya kuak juga akal-akalanmu.
alibi alibi.
di mata saya, mereka memalukan.
saya pikir orang dewasa yang demikianlah yang patut dikasihani atas masa mudanya , dan masa kininya:
saya pikir mereka lupa mengisi keremajaannya untuk belajar tentang kedewasaan, lupa menicicil beban kedewasaan pada kemudaannya;
lalu pada masa kininya, ketika kedewasaannya dituntut untuk berperan dominan (baik dalam hidupnya sendiri ataupun hidup para muridnya), malah tidak bisa memprioritaskan kesenangan, kebutuhan, dan kewajiban.
kamu pikir saya menjijikkan?
berkacalah.
saya sudah terbiasa menjadi sinis pada orang yang besar kepala hanya karena penampilan dan status sosial, yang hanya menjadi sok dengan bersandar pada hal-hal yang over-temporary, yang bagi saya rendah harganya, terlebih pada yang menitikberatkan perhatian pada lawan jenis dengan kriteria tertentu.
hubungi kontak jodoh jika pasangan hidup yang kamu cari.
saya, oh, kami, membutuhkan tenaga pengajar, bukan orang yang gemar menimbulkan iri hati.
meski saya ragu, apakah kamu tahu Soe Hok Gie, saya tetap ingin menyampaikan omongannya tentang orang-orang seperti kamu (kalian):
"Guru bukan dewa yang selalu benar, dan murid bukan kerbau."
saya bukan kerbau. kawan-kawan saya yang tidak kalian hiraukan juga bukan kerbau.
to grow up; of getting old.
the burdens that follow which scare me the most.
kadang saya bertanya-tanya bagaimana orang dewasa di sekitar saya menyikapi pelipatan usia yang daripadanya, kita tidak bisa melarikan diri;
bertanya-tanya bagaimana mereka menyikapi keharusan untuk menjadi dewasa dalam kematangan usia yang membuntuti titik ukur tingkah lakunya;
bagaimana mereka melupakan keresahan dirinya sendiri dalam menebaskan estimasi terhadap kekanakan yang saya yakin mereka rindukan.
bagaimana akan mereka jawab kebingungan saya? toh saya pikir juga mereka linglung sendiri memaknai kedewasaan itu sendiri.
tahu banyak dan berarti selalu jadi yang terpintar?menjadi bijak dan berarti selalu menjadi benar?
banyak yang "tua", atau setidaknya hadir sebagai sosok yang di-tua-kan, ingin membaur malah terlalu asyik melenceng dan lupa diri: bertingkah seperti anak kecil, yang ketika direntangkan lagi usianya, malah membuatnya jadi bahan cemooh.
banyak bertingkah dan berbicara tanpa menunjukkan kemampuannya untuk berbuat.
bicara tentang profesionalisme tapi terjungkal juga dalam keangkuhannya sendiri.
membagi pengetahuan tapi lupa kesamarataan hak yang dimiliki setiap orang untuk menerima ilmu.
berbagi dengan kasih tapi lupa kalau cinta bukan cuma sekedar eros (atau mungkin sengaja dilupakan, ya, cinta universal itu ada?)
mengaku membangun kebersamaan, tapi toh saya kuak juga akal-akalanmu.
alibi alibi.
di mata saya, mereka memalukan.
saya pikir orang dewasa yang demikianlah yang patut dikasihani atas masa mudanya , dan masa kininya:
saya pikir mereka lupa mengisi keremajaannya untuk belajar tentang kedewasaan, lupa menicicil beban kedewasaan pada kemudaannya;
lalu pada masa kininya, ketika kedewasaannya dituntut untuk berperan dominan (baik dalam hidupnya sendiri ataupun hidup para muridnya), malah tidak bisa memprioritaskan kesenangan, kebutuhan, dan kewajiban.
kamu pikir saya menjijikkan?
berkacalah.
saya sudah terbiasa menjadi sinis pada orang yang besar kepala hanya karena penampilan dan status sosial, yang hanya menjadi sok dengan bersandar pada hal-hal yang over-temporary, yang bagi saya rendah harganya, terlebih pada yang menitikberatkan perhatian pada lawan jenis dengan kriteria tertentu.
hubungi kontak jodoh jika pasangan hidup yang kamu cari.
saya, oh, kami, membutuhkan tenaga pengajar, bukan orang yang gemar menimbulkan iri hati.
meski saya ragu, apakah kamu tahu Soe Hok Gie, saya tetap ingin menyampaikan omongannya tentang orang-orang seperti kamu (kalian):
"Guru bukan dewa yang selalu benar, dan murid bukan kerbau."
saya bukan kerbau. kawan-kawan saya yang tidak kalian hiraukan juga bukan kerbau.
0 comments