tingkap
3/21/2010 10:55:00 AM
banyak pikiran yang menetas di hari-hari terakhir aku berpaling dari selubung kepekaan, yang seharusnya, bisa membawaku dengan cepat pergi melintasi geram pertanyaan yang kini terpaksa ditiadakan.
mereka berakar dari kilatan pesona yang terlalu sulit untuk diredam, dan terlalu berkuasa di antara ketiadaan batas atas penyisipan keacuhan.
seperti momen lainnya ketika aku harus bisa berangkat seorang diri meniti keingintahuan, dengan ogah aku harus menyisakan guratan-guratan distorsi , hanya untuk sekedar menandakan jalan kembali ketika terlalu lelah aku berpikir dan memilih di persimpangan akhir sketsa.
terlalu jauh persepsi yang mereka sampaikan untuk bisa berjalan bergandengan dengan apa yang bisa aku sampaikan di antara keluh, juga terlalu ringkih buah-buah kerja imajinasiku untuk bisa berdampingan dengan tilikan mereka yang terlalu dan selalu ditinggikan.
tentang sisi-sisi yang tak terlihat dalam perspektif yang enggan bersinkronisasi,
masih terlalu lama waktu yang dibutuhkan agar mereka bisa menyusul gema-gema kekaguman yang berdenting di sela kesinisan. secara harafiah.
dan setelah sudah terlalu parah aku terjerembab ke dalam liang-liang kehidupannya yang menggoda, sudah terlalu sayup teriakan mereka untuk memanggil aku kembali.
tak perlu kuraba juga goresan yang bisa kupakai untuk pulang,
karena sesuatu yang lebih menakjubkan selalu bisa tersingkap setelah palang-palang kecurigaan berhasil pura-pura kita lupakan.
ini bukan tentang sesuatu yang bisa mereka contrengi dalam sekat-sekat kebenaran atau kesalahan,
lebih tentang sesuatu yang kodratnya sudah membayangi kita di antara detik-detik bercucurnya kepekatan dari sapuan yang bisa lidah kita gambarkan, yang
bisa saja aku torehkan kemudian untuk mereka nikmati juga.
mereka berakar dari kilatan pesona yang terlalu sulit untuk diredam, dan terlalu berkuasa di antara ketiadaan batas atas penyisipan keacuhan.
seperti momen lainnya ketika aku harus bisa berangkat seorang diri meniti keingintahuan, dengan ogah aku harus menyisakan guratan-guratan distorsi , hanya untuk sekedar menandakan jalan kembali ketika terlalu lelah aku berpikir dan memilih di persimpangan akhir sketsa.
terlalu jauh persepsi yang mereka sampaikan untuk bisa berjalan bergandengan dengan apa yang bisa aku sampaikan di antara keluh, juga terlalu ringkih buah-buah kerja imajinasiku untuk bisa berdampingan dengan tilikan mereka yang terlalu dan selalu ditinggikan.
tentang sisi-sisi yang tak terlihat dalam perspektif yang enggan bersinkronisasi,
masih terlalu lama waktu yang dibutuhkan agar mereka bisa menyusul gema-gema kekaguman yang berdenting di sela kesinisan. secara harafiah.
dan setelah sudah terlalu parah aku terjerembab ke dalam liang-liang kehidupannya yang menggoda, sudah terlalu sayup teriakan mereka untuk memanggil aku kembali.
tak perlu kuraba juga goresan yang bisa kupakai untuk pulang,
karena sesuatu yang lebih menakjubkan selalu bisa tersingkap setelah palang-palang kecurigaan berhasil pura-pura kita lupakan.
ini bukan tentang sesuatu yang bisa mereka contrengi dalam sekat-sekat kebenaran atau kesalahan,
lebih tentang sesuatu yang kodratnya sudah membayangi kita di antara detik-detik bercucurnya kepekatan dari sapuan yang bisa lidah kita gambarkan, yang
bisa saja aku torehkan kemudian untuk mereka nikmati juga.
0 comments