3/20/2010 08:52:00 AM
arsip-arsip mimpi berserakan di dalam kepalanya, mencambuki syarafnya untuk tak menegang ketika tiba juga momen yang harus dimainkan di antara khayalannya, yang sejujurnya, telah tergoreskan ketidakwarasan.
seperti waktu dulu, mungkin, atau tidak.
yang ia pikirkan hanyalah cara menyelaraskan pandangannya tentang ketimpangan yang ia sangka sebagai sebuah ketidakadilan.
mungkin ini yang mereka katakan tentang kebutaan.
ketidakadaan cahaya, mungkin, atau semata ketidakadaan rasa untuk mengerti arti sebuah kebetulan.
dan ketika ia mulai merasa konyol dengan derit-derit kegalauan yang mengingatkannya tentang harinya yang baru sedikit, maka semakin mengerikan juga ambisinya untuk menerjang di antara batas-batas adat kekunoan.
seperti selentingan kisah-kisah subyektif lainnya yang pernah ia dengar dan saksikan, ia tahu bagaimana mengakhiri proyeksinya tentang sebuah kesempurnaan :
manipulasikan sebuah kenyataan, tinggalkan kejahatan fakta, lalu hiduplah dalam angan.
seperti yang ,ia pikir, juga dilalui oleh setiap orang di dalam petak-petak yang sama, tempat dimana ia kini terperangkap.
namun di atas semuanya yang memicu hatinya terlibat dalam kegelisahan adalah bagaimana ia seharusnya mengisikan nama bagi energi egois yang mengemis untuk dijadikan alasan bagi segala hal yang terdistorsi dan hilang pegangan.
seperti waktu dulu, mungkin, atau tidak.
yang ia pikirkan hanyalah cara menyelaraskan pandangannya tentang ketimpangan yang ia sangka sebagai sebuah ketidakadilan.
mungkin ini yang mereka katakan tentang kebutaan.
ketidakadaan cahaya, mungkin, atau semata ketidakadaan rasa untuk mengerti arti sebuah kebetulan.
dan ketika ia mulai merasa konyol dengan derit-derit kegalauan yang mengingatkannya tentang harinya yang baru sedikit, maka semakin mengerikan juga ambisinya untuk menerjang di antara batas-batas adat kekunoan.
seperti selentingan kisah-kisah subyektif lainnya yang pernah ia dengar dan saksikan, ia tahu bagaimana mengakhiri proyeksinya tentang sebuah kesempurnaan :
manipulasikan sebuah kenyataan, tinggalkan kejahatan fakta, lalu hiduplah dalam angan.
seperti yang ,ia pikir, juga dilalui oleh setiap orang di dalam petak-petak yang sama, tempat dimana ia kini terperangkap.
namun di atas semuanya yang memicu hatinya terlibat dalam kegelisahan adalah bagaimana ia seharusnya mengisikan nama bagi energi egois yang mengemis untuk dijadikan alasan bagi segala hal yang terdistorsi dan hilang pegangan.
0 comments