dari 1800 derajat massal

6/16/2014 10:43:00 AM


Sebelum sarapanku habis pagi ini aku telah belajar melipat waktu sebelum kerah kemejamu mengkerut lagi. Dalam 20 menit aku hampir tenggelam di antara dinding-dinding kamar mandiku: meluput wangi dedaunan serta serat yang pura-pura dari keranjang sabun. Ada wangi tubuhmu, memang. Dari lubang pancuran yang terlalu setia menceritakan ulang kisah-kisah yang ia curi dengar dari kaca kamar mandiku. Ada kamu dan laki-laki lain yang meminjam tubuhmu dan laki-laki lainnya yang meminjam suaramu dan laki-laki lainnya yang meminjam bau tubuhmu. Setiap cakup genang yang beriak di lantai kamar mandiku terus merekam ingatan tentang kamu dan setiap laki-laki yang meminjam ingatan tentangmu untuk merenggutku. Setiap upaya untuk bertahan dari kemarau panjang di antara lembab hanya menyisakan semakin tipis udara di paru-paruku. Mandi kopi dan rejang teh yang menua di usia sebelumnya 30; seperti aku juga masih terbiasa menyisakan satu potong lagi gula untuk cangkir yang kosong di bekas tempat dudukmu. Kau tak tahu lepuh lidah sebelum subuh. Begitu rentan usia kita sisihkan untuk menjauhkan ujung sepatumu yang berlarian, menghentikan dan melonjakkan rasa masam di perapian. Dan kerah bajumu, menamatkan bau pagi yang hampir binasa. Aku ingin belajar membaca sebelum usiamu memuai.


You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe