2/01/2014 10:07:00 AM



".... Adakalanya teleponku berdering dan adakalanya kuterima undangan seorang laki-laki tertentu karena keinginanku untuk menemukan kebenaran dan belajar tentang hidup dan manusia. Ini juga suatu usaha untuk menyingkirkan kesepian. Kusadari bahwa aku tidak mungkin hidup dalam diriku sendiri, tanpa orang lain. Jika aku menulis untuk diriku sendiri, aku akan tercekik oleh kata-kataku sendiri. Jika aku berbicara sendiri, suaraku tak bisa melakukannya. Jika kulihat wajahku setiap saat, aku akan gila.

Namun aku selalu lari dari orang lain. Aku suka sekali menghilang jauh dari mereka tapi hal ini kulakukan agar aku tetap mereka ingat. Kubuat jarak agar aku dapat tetap dekat, kupisahkan diriku dari mereka agar hubungan dapat tetap dijaga. Dan itulah dilemaku. Aku ingin menjadi sesuatu yang terpisah dan pada saat yang sama aku ingin menjadi bagian tak terpisahkan dari orang lain. Pertentangan ini  mencabik-cabikku, memecahku menjadi dua bagian, satu bagian dalam diriku sendiri jauh dari orang lain, sedangkan yang lainnya di luar diriku dalam hati orang lain.

Satu bagian senyap dan tak bergerak dan memperhatikan gerak yang lain. Akukah itu yang mengamati orang lain atau orang lain itu yang mengamatiku? Yang mana dari kami yang tidak bergerak dalam ruang dan waktu dan yang mana yang bergerakk dalam waktu dan di atas bumi? "

---
(Nawal El Saadawi, Sepucuk Surat Cinta Modern, 1969) 

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe