I don't date Helvetica
1/18/2014 09:06:00 PM
Mencari
suami seperti menghabiskan bermenit-menit jatah waktu menuju tenggat
untuk menimbang dan membuang pilihan font ke dalam kategori "improper"
atas setiap ketidaksesuaian yang tak dapat dipenuhi oleh bergigabyte
pilihan font yang terinstall. Terlalu kurus, terlalu gemuk, terlalu fancy, terlalu konservatif, terlalu konstruktivis, terlalu geometris, terlalu illegible,
terlalu tak membanggakan untuk menyelipkan nama kita di sudut komposisi
akhirnya, dan resiko-resiko cemooh lain yang akan mengikutinya. Mencari
suami seperti meredupkan kesempatan untuk bersenang-senang dalam proses
kreatif ke dalam satu jalan rasa aman —dengan memilih
Helvetica. Kau mencintai atau membenci, kau bersedih atau kau
berbahagia, kau menabur lebih banyak gula ke dalam adonan kue yang
tersedia di ruang keluarga atau kau mencampur racun tikus ke dalam
sarapan di ruang makan –Helvetica, atau suami yang tak menawarkan apa-apa selain keamanan dan kenyamanan–
akan tetap bergeming dalam kewajiban dan kenon-emosiannya. Pengalaman
ombang-ambing rasa hanya berakhir pada permainan menerka, teks siapa
yang berbicara lebih jujur. Dan, melampaui setiap
ketakutanmu, Helvetica akan tetap setia dengan ke-ada-annya, menuruti
setiap kata yang berbicara dari tiap teks yang memunculkan permukaan.
Seperti seorang suami yang akan tetap menjadi suamimu, memenuhi
kewajiban-kewajiban lahir dan batinnya, dalam gerak lurus yang
menjenuhkan.
Sedang
menemukan kekasih seperti mengalami pertemuan dengan segenap kebetulan:
tanpa rencana, tanpa persiapan, rancangan hadir dengan begitu
meledak-ledak dan spontan, pun keputusan terpilih dengan degup yang
bersahutan dengan segera bersama tuntutan nalar yang debarannya lebih
mengasyikkan. Seperti kau tiba-tiba saja merasa harus mengenakan satu
font yang -meski tak pelak kau berujar juga, "demi Tuhan buruk sekali!"-
menyisakan padamu euforia dengan tiap pilihan yang kau susunkan dalam
komposisimu. Seperti tiba-tiba saja kau tergila-gila pada counter yang tak simetris, spine yang tak proporsional, bowl yang terlalu gemuk, stem yang terlalu mancung, ligatur yang tak pernah bosan memberi kejutan, atau finial yang
membuatmu untuk melingkarkan lengan dan memeluknya berulangkali. Ia
hadir saja tiba-tiba dan kau menginginkan lebih banyak waktu untuk
berkutat dengan tiap seluk yang melingkupinya: tiap keganjilan dan tiap
kesesuaiannya. Kau akan mulai menyerut pensilmu yang telah lama kau
simpan di sudut rak, atau membongkar kamera yang hampir lupa kau miliki,
atau menerobos hujan untuk segera membeli cat poster baru –untuk beriringan dengan keganjilan dan kesesuaian font-mu yang ada-ada saja.
Menemukan
kekasih seperti sebuah upaya menemukan dirimu sendiri selagi kau juga
berupaya berdampingan dengan segala ketakterdugaan. Menemukan kekasih
menawarkan rasa aman dalam kegembiraannya yang tak terseragamkan. Dan
menemukan kekasih seperti sebuah perjalanan yang mengajarkan lebih
banyak pelajaran untuk menerima dan melepaskan: cemooh, pujian, dan
melepaskan diri untuk mendengar terlalu banyak tuntutan atasnya.
Ada masanya aku lebih senang bersetia pada kepastian dan mengagungkan Helvetica, namun kejemuan adalah penjahat yang paling keji –akibat kriminalnya biasanya tak terbayangkan sadisnya. Karenanya, aku tak lagi mengencani Helvetica.
0 comments