sebuah senja berwarna biru mencurinya dua pertiga bagian
5/28/2013 11:24:00 PM
i
namanya rum, sebelum lekat subuh memanggilnya: gus. gus, yang mengajari dirinya sendiri, rum, mengangkangi waktu yang berlarian di ujung-ujung jari kakinya. gus, gus. sungut gus pada dirinya sendiri, kini. harum benar wangi lilin yang meleleh di ujung telingamu. halah, rum. gus berujar pada dirinya sendiri, lalu. lidahmu lebih gemar memanggut kata-kata yang terbang dari dasar pelupukku. dipandang-pandanginya satu dengan yang lainnya. landai dan lengah pundaknya masing-masing.
ii
kau mau rebah, gus. tidak, rum. rum, rum. aku ingin menulis. ya, gus. menuliskan dengan perlahan: masing-masing satu satu potong purnama yang pecah di keningmu. keningmu. ya, keningku. juga keningmu. kening kita masing-masing yang sama-sama menyela ruang bagi setiap kepulangan.
gus, kau benar. aku menyimpan terlalu banyak ketaatan, tersesat pada banyak kesetiaan, lambat dan laun dan tidak pernah memikirkan barang sebentar pun persinggahan.
iii
rum, rum. mengapa tak ingin kau tiduri laki-laki yang menyeduhkanmu sebuah pagi. kau, rum, terjebak pada ruang-ruang yang mendekam di antara wangi sajak dan cela-cela ikatan tentang sebuah persembunyian. kenapa guna kepuraan perihal yang bercakap dan yang tak perlu dimulai; yang berlarian dan tak perlu dihentikan. jari-jarimu mengepal dan memeluk masing-masing aksara yang berbicara tentang abjadnya sendiri, sedang seorang telah sedia melipat selimutnya dengan begitu tabah. ia mencuci habis sisa-sisa hujan yang menggenang di atas dipan dan gerimis ia biarkan bersisa - dengan tabah - di pipimu berulang-ulang. kau barangkali lebih suka menyintai kepura-puraan. tapi aku barangkali mencintai dengan sanggurdi.
kau, rum, hanya merindukan nikmatnya sebuah penantian dan segala kehilangan.
iv
gus, aku kehilangan debaranku. mengapa kesetiaan tak dapat tabah menihilkan segala kepastian.
rum, rum. di mana kau letakkan debaranmu. mengapa tak kunjung kau ingat-ingat.
di persembunyian, gus. juga perasaan-perasaan yang kucuri diam-diam. aku tak bisa mengingat sebuah lupa.
v
rum, kau rindu ya mendengarkan sebuah kebohongan. gus, aku ingin tinggal pada setiap persinggahan.
bisakah kita menyimpan saja kesementaraan pada keselamaan? hingga suatu waktu kita bisa menghampirinya, seperti pergi pada sebuah sore yang menuliskanmu lagu-lagu tentang senja berwarna biru. sendu dan lugu, juga dungu.
rum, rum. kau harus belajar menyimpan banyak-banyak penolakan terhadap setiap penerimaan.
vi
gus, boleh aku turut menulis. aku ingin belajar meninggalkan beberapa cacatan di masing-masing sisa catatan . mengapa terbiasa aku menyimpan dengan sembunyi-sembunyi. bukankah masing-masing dari kita akan terbiasa untuk menyusuri puisi sendiri-sendiri.
rum, rum. tidurlah. purnama tiba-tiba sudah tinggal setengah.
rum, rum. tidurlah. purnama tiba-tiba sudah tinggal setengah.
aku ingin menjajal peran sebagai diriku sendiri.
1 comments
Satu perjalanan berakhir di satu persimpangan
ReplyDeleteSaat dua insan berhembus ke dua tujuaan
Terpisah oleh jarak
Satu oleh angan
Hilang dalam jejak
Membekas dalam kenangan
Satu senyum di bibir
Satu rasa kasih untuk waktu yang berlalu
Hangat lembut denyut masih tersisa
Meski akhir mengoyak dua
Satu getar di bibir, enggan mengantar maya
Pisah dalam jabat seorang sahabat
Aksara menunduk menghantar kepergian
Tinggalkan tulus ucapan selamat berbahagia
Dear Friend :)
Thanks for everything ...
b y e