5/03/2012 09:01:00 PM

aksara memusuhiku untuk mencatat keabadian semalaman ini.
jejak patuhku di kebun waktu bergulung dan kau telah kembali pada hilir yang berbeda; dan aku ingin sekali menulis. bukankah menulis itu bekerja untuk keabadian? pramoedya yang berkata.
tapi saat ini aku ingin menulis, menulis beberapa sajak manis seperti yang biasa kulakukan, tapi aksara memusuhiku untuk mencatat tentangmu dalam keabadian. saat ini. malam lalu. juga semalaman ini. mungkin juga besok, dan lusa, dan aku tak tahu.
bukankah banyak yang harus masing-masing dari kita kerjakan?
mungkin aku akan memejam lebih lama lagi: hari ini, juga esok, dan memikirkan tentang apa yang harus kuselesaikan lagi di perkuliahan. tapi pikiranku enggan.
siang ini juga aku membaca surat kabar tentang bayi prematur tanpa tempurung kepala dari pasangan usia lima belas dan sembilan belas yang penghasilannya hanya dari berdagang kaus kaki. kubilang, pekerjaanku masih banyak sekali. tapi pikiranku enggan.
biasanya malam-malam aku hendak tidur dan memutuskan untuk mengetik. menulis.
aksara akan mencumbui aku bersama imaji yang penuh gairah. sesudahnya aku bisa bekerja lagi, karena telah kusisihkan yang mengganggu dalam keabadian: dalam tulisan.
namun saat ini aku berpikir bahwa pekerjaanku masih banyak, tapi pikiranku enggan. kupaksa untuk menulis tapi tak lahir prosa, pun puisi, bahkan yang tak manis.
aku ingin menyisihkanmu dari kepalaku, dalam tulisan sebagaimana yang biasa kulakukan.
tapi pikiranku enggan.
aksara memusuhiku untuk mencatatmu dalam keabadian.

aku selalu ingin bertanya mengapa yang berbeda harus sempat bersama untuk menghabiskan jeda - mungkin untuk selamanya?

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe