to be beautiful.

2/19/2012 01:22:00 PM


apa sih yang paling penting dari menjadi seorang perempuan?
saya tahu banyak hal penting yang saya inginkan dan saya butuhkan sebagai perempuan, saya hanya tidak tahu satu hal apa yang bisa saya pilih untuk jadi yang terpenting. hanya saja belakangan ini saya semakin gerah selagi memperhatikan kenyataan dimana orientasi kebutuhan dan keinginan wanita jadi terarah pada satu hal: menjadi cantik. saja.

jika dilihat kecenderungan perempuan-perempuan jaman sekarang, atau lebih tepatnya di sekitar saya (saya tidak berkapasitas untuk mengatakan 'perempuan se-indonesia') dengan latar belakang ekonomi yang mencukupi, kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi yang baik, juga kemampuan finansial yang baik  juga sehingga memungkinkan kesempatan untuk menyokong pemenuhan kebutuhan akan teknologi informasi dengan mudah dan cepat; apakah pernah sesekali menyempatkan diri untuk mempertanyakan: apakah artinya untuk menjadi perempuan? apakah tujuan hidupnya sebagai perempuan? apakah yang potensi dalam diri saya bisa lakukan sebagai perempuan?

sekali waktu saya tiba di rumah sekitar pukul 20.00/21.00 dan mampir ke kamar ibu saya yang ternyata tertidur dengan televisi yang masih menyala. kebetulan saat itu sebuah stasiun televisi swasta menanyangkan sinetron dengan adegan dimana seorang perempuan baru saja menabrak seorang bapak-bapak. si bapak ini berakting galak sekali, mengerikan, menggebrak-gebrak kap mobil seolah kemarahannya mampu mematahkan tulang orang yang membuatnya sampai semarah itu (ini persepsi obyektif dari saya sebagai audiens). si perempuan ini yang mengenakan (super)-mini dress kemudian turun dari mobil. si bapak yang marahnya luar biasa ini tiba-tiba saja berubah kelakuannya. wajahnya berubah mupeng sambil mesem-mesem. sementara di perempuan yang berakting seperti mabuk ini mengucek-ngucek mata dan memegangi kepala (barangkali dalam skenario sedang pusing) berkata "ada apa sih pak?!"
si bapak: waduh, neng udah nabrak ini neng! bawa SIM kagak neng!
si perempuan: jangankan bawa, pak. punya aja enggak!
tahu dialog jawabannya si bapak?
"untung neng cantik. kalo kayak buntelan kentut mah udah saya maki-maki!"

seketika saya jadi ingat seorang kenalan saya, roy, seorang penggiat literasi media, pernah berkata mengomentari media berkaitan dengan tragedi tugu tani: "coba kalau  penabraknya itu secara fisik cantik: putih, tinggi, langsing; kira-kira media gimana tuh penyampaiannya? apakah dengan kalimat 'sayangnya, penabrak berparas cantik ini...' buat menekankan kecantikan fisiknya?"
rasa-rasanya roy memang menebak dengan tepat pola pikir media, termasuk 'oknum' di sinetron yang entah apa judulnya itu.

dengan serangan pola pikir media demikian yang menyublim dalam pikiran audiens, siapa yang jadi tidak pernah bertanya: jadi, menjadi cantik itu penting. ya? krusial, ya?
cantik sedikit masuk tivi, jadi idola, dipuja-puja, diterima banyak orang. cantik sedikit bisa meluluhkan hati orang. mau punya pacar? cantikin diri dulu. mau menikah dan punya laki-laki mapan untuk hidup layak? percantik diri dulu dong biar jadi "pantas". mau diterima masyarakat? berparas cantik dong supaya yang ngeliatnya "adem", dan bentuk-bentuk poin 'positif' dari menjadi cantik lainnya.

pertanyaan saya satu:
apakah tugas utama perempuan cuma untuk menjadi cantik (secara fisik)?
kalo jawabannya: iya; saya cuma bisa bilang: kasiyan.

tubuh manusia adalah manifesto pemikiran manusia. akal budi manusia adalah elemen utama eksistensi seseorang. akal budi harus ambil bagian paling utama dalam kehidupan sebagai seorang individu.
menjadi cantik bukan karena akal budi adalah kosong, karena menjadi "cantik" telah menjadi milik society yang entah dimana baut otaknya, berpikir merasa berhak untuk mengkonstruk, mengatur, dan mendeterminasi apakah seorang perempuan pantas untuk diterima apa tidak hanya dari tubuhnya saja. bahkan definisi cantik sendiri kan sudah didistorsi oleh media dan produk-produk kecantikan untuk kepentingan industrinya saja.

apakah menjadi cantik itu salah? menjadi cantik itu bego? menjadi cantik itu rela dibego-begoin?
enggak. enggak ada yang salah menjadi cantik selama punya kesadaran.
saya senang disebut cantik. semua manusia pada dasarnya suka dipuji. dipuji artinya dihargai, atau setidaknya eksistensi (keber-ada-an) seseorang diakui. sisi narsistik ada di masing-masing individu. yang membedakan adalah tingkat kesadaran individu terhadap apa yang dikatakan kepadanya dan bagaimana ia bereaksi terhadap sekitarnya.
kesadaran yang saya maksud di sini termasuk kesadaran untuk mau dan mampu mempertanyakan.

saya, sebagai perempuan yang (dalam upaya untuk) sadar, pernah bertanya pada diri saya sendiri hingga berujung pada kemarahan yang sempat saya 'legakan' di tumblr. saya tidak ingin dipanggil cantik jika artinya saya hanya pantas dipuji dari bagaimana tampilan tubuh saya saja. saya tidak ingin disebut cantik jika artinya hanya 'cantik' itu yang membuat saya berharga. saya tidak ingin menjadi cantik jika artinya saya dianggap 'pantas' (sebatas) sebagai pemuas hasrat (catatan: tidak ada yang salah dengan hasrat seksual, tapi makna eksistensi perempuan bukan cuma sebagai obyek seksual saja). saya tidak ingin menjadi cantik jika artinya, eksistensi saya sebagai perempuan, sebagai manusia, hanya dilihat dari bagaimana saya nampak secara fisik yang standardnya didistorsi oleh society yang fucked up juga.

dan tulisan ini adalah permenungan saya yang lain tentang menjadi perempuan yang berangkat dari kesadaran akan diri saya sendiri. saya ingin menjadi cantik, bukan dengan memaksakan diri saya untuk memenuhi standard yang diciptakan oleh masyarakat agar mereka merasa berhak menentukan pantas atau tidaknya saya diterima. saya ingin menjadi cantik, bukan dengan menyiksa tubuh saya sendiri agar bisa dianggap pantas diterima oleh laki-laki. saya ingin menjadi cantik dengan menerima tubuh saya sendiri. saya ingin menjadi cantik dengan menerima tubuh orang lain. kamu yang gemuk, kamu cantik hanya karena kamu mau dan mampu menerima dirimu sendiri. kamu yang kurus, kamu cantik hanya karena kamu mau dan mampu menerima dirimu sendiri. dan saya ingin menjadi cantik dalam arti yang sebenarnya dengan menyadari bahwa menjadi cantik secara fisik bukanlah tujuan satu-satunya, bukan makna satu-satunya sebagai perempuan.

berusaha tampil menarik itu baik selama untuk kenyamanan diri sendiri, bukan supaya orang menerima kita. mereka yang menerima kita hanya dari tampilan luar kita bukan menerima kita sebagai manusia sepenuhnya. sementara tugas utama manusia adalah memanusiakan manusia. camkan.
berusaha untuk mencapai tubuh ideal, merawat diri, itu baik selama untuk kesehatan dan untuk kenyamanan, bukan karena takut dianggap jelek orang lain, takut tidak diterima orang lain, takut dianggap rendahan jika tidak memuaskan keinginan mereka terhadap bagaimana fisik kita seharusnya.

that so-called bullimic. been there, done that. sejak SD saya takut orang tidak mau menerima saya karena kulit saya gelap dan badan saya gempal hingga kawan-kawan mengejek saya "kebo!" sejak SMP saya memaksa diri saya untuk diet, memaksa diri untuk sering-sering ke salon, setiap hari mencatok rambut karena rambut saya tidak lurus, mengkonsumsi produk kecantikan hanya untuk mencerahkan kulit, memakai pakaian yang saya tidak suka tapi memang sedang tren, meniru teman saya yang disukai banyak teman laki-laki, meminum obat pencahar setiap hari, sesekali memuntahkan isi makanan saya. hasilnya? hasilnya berat badan saya turun dan tampilan saya bisa sesuai bagaimana yang masyarakat construct. habis itu?
sudah. kosong. nirmakna.
otak saya didistorsi oleh pengaruh konstruksi masyarakat (sejauh yang saya serap waktu itu) bahwa menjadi perempuan hanya akan diterima jika cantik saja. bahkan saya tidak merasa saya perlu berbangga dengan jadi juara kelas dari SD sampe SMP. kasihan enggak kalo kejadian sama perempuan lain?

hingga perspektif saya terbuka dengan mulai berpikir, mempertanyakan, dan berusaha mencapai kesadaran penuh, saya menjadi diri saya yang sekarang. i care not how people think about how i look. mereka mau bilang saya cantik? silakan. mereka mau sebut saya jelek, juga enggak bakal ngaruh apa-apa.
saya menjadi diri saya sendiri, saya bereksistensi bukan bergantung dengan bagaimana society menilai tampilan fisik saya cantik atau jelek (hak mereka apaan sih? they don't even live the life i live.) saya bereksistensi karena saya memiliki kesadaran atas kehidupan saya, atas makna eksistensi saya, atas kehendak bebas saya sebagai manusia.

fight for your ideas to fight back, because your body is your own!

kamu hanya bisa menjadi cantik ketika kamu menjadi dirimu sendiri, sebaik-baiknya dirimu sendiri, yang tentu saja baru bisa dilaksanakan ketika bisa memulai dengan menjawab pertanyaan "who am i?"
menjadi cantik itu baik, tapi mau dan mampu berpikir itu jauh lebih baik.
to be beautiful means to be you til full.
what does it mean to be you? go ask yourself who you are.
tapi bagi saya, the only valid sexiness is your brain which contains intelligence and empathy. be beautiful!

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe