sebutlah sebuah perjalanan, yang panjang, di kebun waktu. ah, bukan perjalanan. hanya berjalan-jalan di kebun waktu. dan kita tak ingat jalan pulang. kita tak ingat saat untuk pulang. kita tersesat di kebun waktu. kebun waktu adalah sore yang berbau senja berwarna hijau. kebun waktu adalah sore yang berembun lamunan sengau. kebun waktu adalah kamu yang terjebak dalam dimensi waktu yang tak tentu.

aku baru ingin pulang dari berjalan-jalan di kebun waktu. tapi aku tak ingat jalan pulang.

aku baru ingin menyimpan cerita renggutan sore yang panjang di kebun waktu. tapi aku tak ingat bagaimana kita bermula. hanya kaki kita yang bisu. kita berpencar dan tak saling mengejar; juga sepasang bola lampu jingga di ujung setapak. anak-anak dahan tak berpulang dan kopi di pingganmu terlalu manis. ada hujan dan bau sore di kebun waktu: dan aku yang tak ingat jalan pulang. juga kamu yang hilang di aspal basah yang sama. barangkali kebun waktu hanya jebakan bagi mereka yang tergesa memburu selongsong rindu yang tak perlu.


ps: 'kebun waktu' dipinjam dari afrizal malna.