­

pualam

9/22/2011 06:15:00 PM

mengapa

adalah serupa
kuning dedaun terakhir yang bercerita
di atas tanah yang basah

yang tumbang lalu bersemai
pada landai
dan tak pernah terkiblat,
singgah di tepi

akar-akar cemara berkisah perihal yang niscaya
mungkin maksudnya
adalah kita yang berbahasa
dalam sandiwara:

buih alkoholmu hanya mampir sementara,
dan bias asap tembakau entah memulai apa;

mungkin saja rindu, tapi entahlah
yang kita bagi hanya tanda-tanda kutip yang bersolek 
yang tak pernah sampai pada endap

kita hanya berkhayal tentang pekat kopi di cangkir sore


hanya ada larik yang kering - terbang bersiulan
dan linting tembakau yang mengabu
sepanjang cengkerama dalam bisu

hanya aku,
mesra bertatapan
dengan kelambu di matamu

tak ada tangan yang bergenggaman
tak ada bibir yang bersentuhan
tak ada jari-jari yang bersisian
gigil hanya kita simpan dalam pelukan tanpa dekap

dan ranting yang mampir di bingkai jendela membisiki
membagi tidur tak pernah sama dengan membagi mimpi



2011



You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe