­

Aku ingin menulis

7/05/2011 03:32:00 AM

Aku ingin menulis tentang segala yang tidak kita tahu: tentang takhayul-takhayul yang ambil bagian di ketakutan masa kecil kita, tentang setan-setan yang menjijikkan dan mengerikan, tentang Tuhan yang hanya bisa kita dengar dari ibu dan bapak, juga tentang neraka dan surga yang imajinya disisipi efek-efek perangkat lunak di layar televisi.
Aku ingin menulis tentang ketidaktahuan. Namun ketika ketidaktahuan mulai kutulis, aku membawa langkah-langkah dalam pemikiran yang menjadikan ketidaktahuan tidak lagi sebuah ketidaktahuan. Maka kusimpan diam-diam, yang kutulis adalah apa yang kupikir kutahu.
Bulan sabit masih menggantung di langit. Dini hari, pukul tiga lewat sekian sekian menit waktu indonesia bagian barat, dan aku sukar tertidur. Aku membayangkan lenganku menggamit ujung lengkung bulan sabit: berat tubuhku tertopang di kedua lengan dengan kaki menjejak angin malam yang liar menyusuri pori-pori, lalu membiarkan sekujur tulang-tulang menjadi ringan. Kakiku akan meronta, menghentakkan badan ke depan dan ke belakang: tanpa beban; sambil tertawa lebar memandang ke bumi yang bertopping kunang-kunang elektrik di sepanjang permukaannya yang gulita. Debu-debu angkasa mungkin akan berjatuhan sebutir-sebutir selagi aku menghentakkan tubuh semakin keras, pun aku akan tertawa lebih bahagia: menjadi anti-gravitasi di dalam kuasa gravitasi (tentunya). Satelit asing melintas di setangkapan mata. Aku melambai, berpikir ada yang tinggal di dalamnya: siapa pun atau apa pun: mungkin seperangkat mesin beserta kabel yang lebih cerdas dari spesies kita. Kusapa, "Hai." dengan tangan kanan melambai. Satelit asing melesat cepat di orbitnya. Aku mengendurkan pegangan, membiarkan sekujur tubuhku ditarik gravitasi: ada ladang bintang sepanjang aku kembali ke bumi, memenuhi indera penglihat. Aku bergidik.
Kaki kananku mendarat duluan. Aku kembali ke atas atap, duduk bersilangan kaki, memandang genting-genting yang merahnya menghitam sepanjang malam. Sunyi dan kaku. Keheningan sepanjang subuh membangkitkan kebisingan di dalam pembuluh. Dan keheningan yang bising membuatku kembali ingin menulis, tentang sepintas-pintas kisah yang kusaksikan dari menggamit lengkung bulan sabit malam ini.
Ada sepasang kekasih bersetubuh di apartemen lantai sebelas, yang lupa menutup jendelanya yang menghadap langsung kolam renang. Sementara seorang pelacur menghitungi sisa-sisa lembar di dompetnya. Tiga orang waria berlarian di sepanjang taman, dua orang berhasil sembunyi di dekat gerobak sampah, dan satunya lari entah kemana. Seorang buruh terbangun untuk berbersih di dapur mengejar jam-nya di shift pagi, meninggalkan kasur double size-nya yang sudah empat tahun diisi tidur sendirian. Seorang mahasiswa memijat dahinya di depan meja belajar. Tetangganya meracau karena mabuk, dan ketika sadar pun ia tetap tidak bisa membaca aksara-aksara. Biarawati memakai kerudungnya, bersiap renungan pagi. Tukang-tukang becak kembali kaku otot-otot kakinya sedini ini, mengangkut sayur-sayuran dari ladang yang darinya tidak pernah diperoleh kesejahteraan. Seorang bayi merengek di ranjangnya, sementara sang ayah setengah marah, menghambur ke dapur. Seorang muda berselimut garis-garis hitam merebahkan kepalanya di atas bantal, dengan hidungnya yang kebas terhadap bau rumah sakit, ia terus menghitung hingga angka tiga ratus enam puluh lima: ia tidak kunjung berada di dunia yang berbeda. Sementara seorang muda lainnya membenamkan diri dalam kegelisahan dan sama-sama enggan tertidur, dengan pertanyaan-pertanyaan tentang surga dan neraka yang tidak seorang pun bisa pahami sekabur memahami Penciptanya. Kuku-kuku jarinya bercat merah, luwes bergerakan di atas huruf-huruf berkotakan di kotak hitam. Masih sama gelisahnya. Masih sama lelahnya. Masih sama enggan membenamkan diri di dalam mimpi. Ia hanya membenamkan diri pada aksara-aksara yang mengapung di dalam kepala, tentang pikiran yang terbahasakan; yang ia putuskan untuk menjadi keinginan yang masih bisa tersampaikan: aku ingin menulis, tentang ketidaktahuan.

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe