­

eklektika pasca-purnama

6/27/2011 01:38:00 PM

Malam adalah pesona kesepian
yang aku gumamkan dalam ketikan
dan kau lagukan dalam petikan :
dipersatukan oleh keheningan

Adalah muram
yang dibawa terbang mengangkasa
dalam selaput biru tua yang bergagah
mempikselkan kita di antara Bima Sakti yang temaram

Ia adalah potongan cerita
yang kusaksikan tentang kau -
di titik nol gravitasi menyandarkan kepala di bulan
dengan sabuk Orion membentang di atas kepala

(bola gas berjilatan kilatan oranye yang ditinggalkan semasa petang,
proyeksi bola biru bumi mengapung dalam kebosanan,
sementara Cassiopeia mempesona di perbatasannya dengan Andromeda)

karena malam adalah perpanjangan dimensi waktu kehidupan
yang kau sebut melankolia
dan kita ajimatkan sebagai tirani anarkia
bagi jiwa-jiwa yang tergeletak di episentrum rindu yang hampa makna

(lalu kuterbangkan doa berbubukkan serpihan purnama,
yang di jarak terdekat ke satelit memecah aksara,
membahanakan titipan di bentangan galaksi:
'Pada kau. Malam ini mampirlah ke mimpi. Ada rindu untuk dibagi')




*
/Writing Session Club 26 Juni 2011/

Puisi ini saya muat di note FB, dan ternyata ada komentar lucu sekali loh :P

"titisan dewi saraswati" hahaha. terus dengan refleks saya langsung ke wikipedia nyariin siapa dewi saraswati.
(terus karena bagus, saya kepikiran ngasih nama anak saya Saraswati. Yeheay.)

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe