5/16/2011 08:29:00 PM

Baru tiga hari yang lalu sedikit ngomongin tentang sistem di kampus yang serba komputerisasi sampai-sampai enggak bisa menimbang dari aspek manusiawi berkaitan dengan absensi dan mahasiswa yang sakit.
Lalu dijawabi,
"Ya kalau begitu cara pikirnya diubah, El. Pikirkan saja bagaimana supaya enggak sakit dan enggak perlu berurusan dengan sistem yang seperti itu."

Secara teori memang seharusnya begitu.
Tapi sirkumtansi menyebalkan.

Sudah tiga hari demam naik turun. Ditambah mual dan muntah, dan buang-buang air. Enggak enak. Beneran.
Dan enggak berangkat fellowship juga karena pagi-pagi mau berangkat diomelin mama.
Disuruh nyusul siangnya. "Kamu ketuanya, kalo enggak ada kamu, piye?"
Udah minta papa anterin.
Siang-siang bangun mau pergi nyusul, kepala keleyengan. Makin menjadi omelannya.
"Ya kamu jangan pergilah. Manusia itu punya batasan. Orang kamu enggak pernah istirahat!"
Saya menggulung diri saja di kasur.
Sesekali buka laptop beresin booklet. Sama bikin karya bebas yang isinya perkara hati, sembari tenggelam di buku Puisi-Puisi Remy Sylado: Kerygma dan Martyria, yang makin meluruskan pikiran tapi semakin memperparah gundah perasaan.

Ya kalau sampai enggak pernah dianggap sebagai "subyek", bagaimana enggak kepikiran, coba?
Saya sih enggak mau dialienasi begini.
Bukannya penyakit yang paling parah itu asalnya dari hati (terlebih yang disakiti sesamanya) ya?
Saya sendiri aja heran, kok bisa-bisanya saya kehilangan nafsu makan kayak gini.

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe