5/29/2011 10:58:00 PM
Bagi saya, menulis dilakukan untuk senang-senang yang berarti melepaskan pikiran liar. Pertanyannya adalah, kata-kata sebagai penjelmaan pikiran liar pribadi kita sebenarnya menelanjangi manusia yang disindir melalui tulisan atau sebenarnya menelanjangi penulisnya sendiri? Menelanjangi penulis yang memasang saru di depan wajahnya, sekedar memagari omongan sosial terhadap ke-aku-annya.
Beberapa kali saya berpikir, "Jika ingin jadi liar oleh logika yang muncul namun bertubrukan dengan 'norma' yang ada, tulis saja cerpen. Si 'immoral' adalah tokoh dalam cerpenmu. Bukan kamu."
tapi kenyataannya, seringkali menulis yang demikian selalu langsung dikaitkan dengan diri saya sendiri.
Entahlah, biar kita menjadi telanjang tanpa label-label masyarakat.
Saya ingin menjadi diri saya sendiri.
Beberapa kali saya berpikir, "Jika ingin jadi liar oleh logika yang muncul namun bertubrukan dengan 'norma' yang ada, tulis saja cerpen. Si 'immoral' adalah tokoh dalam cerpenmu. Bukan kamu."
tapi kenyataannya, seringkali menulis yang demikian selalu langsung dikaitkan dengan diri saya sendiri.
Entahlah, biar kita menjadi telanjang tanpa label-label masyarakat.
Saya ingin menjadi diri saya sendiri.
0 comments