percakapan dalam kepala : tertinggal
2/02/2011 08:44:00 PM“Kupikir kita sama sepinya. Sama-sama menerawang jauh pada kanvas putih luas tak berujung. Kosong. Tapi setidaknya sepi kita tidak bergelimpangan dengan sia-sia.”
“Seperti panti asuhan untuk jiwa-jiwa yang ditinggalkan?”
“Apa kamu pikir kita adalah jiwa yang ditinggalkan?”
“Ya.”
“Apakah pantas menyebut jiwa kita ditinggalkan? Pun itu hakikat kebebasan mereka untuk tidak lagi menoleh pada kita, baik karena kecongkakan hatinya atau karena delusi yang terlalu memikat dari materiil pengabur visi mereka.”
“Aku tidak bicara tentang mereka yang meninggalkan jiwa kita.”
“Lantas?”
“Aku berbicara tentang kita yang meninggalkan jiwa-jiwa kita sendiri, untuk hidup dalam alienasi yang ternyata meninabobokan.”

0 comments