­

sepi, angkuh, dan rindu

1/06/2011 04:48:00 PM

ada hari-hari yang sepi, yang berbicara hanya pada keangkuhan.
dalam hatinya ia berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan tak terjawab. "aku sepi," dalihnya.
"tapi aku tak berdalih," lanjutnya.
angkuh tak menjawab. barang menoleh pun enggan.

ia memejamkan matanya, berbicara dengan perlahan. dengan kerongkongannya tercekat.
"satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, del~ ah, dan lalu kita kembali ke satu, dan lalu lagi dan lalu.
karena deret angka-angka yang mengungkung bebas kita; lalu kita berbisik tentang yang terlewatkan.
aku menyimpan rindu yang tak diperbolehkan.
dan bersamanya aku menyimpan pertanyaan "mengapa?"
mungkin karena aku bicara pada kamu yang tepat. ya, angkuh?"

lalu sepi. dalam keganjilan, mata bertemu mata. kata-kata tak kasat mata yang ingin coba diterka masing-masing kepala, namun berakhir pada keyakinan akan ketidakbenaran.

"memang hanya pada jenuh dan kebimbangan aku bisa berbagi kata. ya, dalam artinya kata bertemu kata."

"mengapa angkuh?"

"apakah dalam kesepian pertanyaan hanya boleh dijawab asumsi diri sendiri?"

geram.

"dalam kesepian kamu meminta dirimu sendiri menjadi yang benar. pada hari-hari kemarin yang memanggilmu untuk berkaca, kamu berpura tuli. pada hari-hari esok yang mengajakmu menyusunnya, kamu menunduk. dan pada hari-harimu yang sekarang, kamu berpikir bahwa kita adalah tidak-nyata. angkuhmu ada dalam sepimu. dan aku? hanya proyeksi dari rindumu yang kau paksa matikan."

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe