10/13/2010 03:48:00 AM

Hanya dalam kerinduan kita bisa bertemu.
Mungkin aku bisa berbagi kisah tentang klise-klise klasik yang sama-sama kita benci. Ya, aku benci; tapi mungkin kau hanya sekedar mencari arti lalu berakhir pada titik mati.
Rindu dan rindu.
Pikiranku. Simak: sanggahan-sanggahan kita terhadap kehidupan dan keberadaan, juga kegamangan dalam ketidakadaan, serta kelimpahan dalam keantaraan.
Ya, aku rindu.
Dalam maknanya yang ter- dan di- ombang-ambingkan; dalam satuannya yang me- dan di-perbandingkan; juga dalam bakunya yang diper- dan memper- tanyakan.


Lalu kita akan menoleh ke belakang,
kepada ketidakberaturan yang sesederhana kita memimpikannya; pada ada kita ini kita dibawa. Kau akan menoleh lebih jauh lagi. Jauh.
Kita satu? Tanyamu.
Dan aku, dalam ledakan-ledakan pemahaman yang nyaris mati karena kompleksnya, hanya akan berseru, koma, tanpa titik
Pada jeda hening yang ganjil pada titik tanpa titik itu tangan kita bertemu,
sama-sama melambung dalam kehampaan yang menyenangkan, dalam pertanyaan yang membawa kita sama-sama mendekat pada tembok-tembok yang menjadikan kita isi.
Takkan kita sentuh.


Kita lelah, terbahak dan mengolok mimpi kita.
Kita akan bertatapan, lalu jatuh ke dalam gelap iris kita masing-masing, lengkung-lengkung manis tanda tanya bersambutan lagi. Permainan kita mulai lagi, ujar mereka.
Biar kita lalu rasa lagi hati yang menggantung pada kemustahilan; yang kita senangi.
Lalu kita kembali terbawa jauh dalam ketidakadaan, kembali pada keberadaan,
kembali menertawakan ingin tahu kita.


Ah. Aku rindu.

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe