sisa-sisa percakapan

5/14/2011 05:39:00 PM

#1
"A good designer isn’t always a good teacher. A good teacher isn’t always a good designer."

#2
"Harus tahu batasanlah. Tahu batasan enggak selalu berarti terbatasi, kan?"

#3
"Misalnya kita bilang, 'Udah jangan dikasih yang beginianlah. Ketinggian. Dia kan goblok, enggak bakalan ngerti juga.' Ya kalau kita ngomongnya begitu terus, itu orang sampe mampus pun bakal tetep goblok. Kita harus bisa mengedukasi orang."

#4
"Kalau dalam bahasa Inggris ada 'score' sama 'value'. Diseimbangin aja. Kalau kamu dapat 90 tapi enggak ada maknanya, kerjainnya asal dan yang penting jadi, ya untuk apa? Tapi kalau kamu eksperimen-eksperimen tau-tau dapet Nol juga buat apa? Enggak ada pertanggungjawabannya."
"Tapi kalau misalnya, kita mau coba-coba, tapi ternyata malah hasil scorenya jelek, padahal score juga yang menentukan baik/buruknya karya kita?"
"Ya itulah proses belajar, El."

#5
"Masa ya, Kak, temen saya udah disuruh ngedesainin, eh malah dipanggil suruh kerja depan mata dia. Temen saya cuma mindah-mindahin doang apa yang dia suruh. Buat apa manggil desainer. Kan nyebelin."
"Berarti dia butuhnya operator, bukan desainer."
"Terus kalo udah begitu?"
"Lain kali kamu jelasin aja bedanya operator sama desainer. Kalau operator mengerjakan yang sifatnya operasional, hanya ngerjain apa yang ada di pikiran klien. Kalau desainer, mengerjakan apa yang ada di pikiran desainer.... Tapi harus berani, karena enggak gampang."

#6
"Intinya adalah berani miskin. Yang penting cukuplah untuk makan. Kalau diperjuangin (keilmuan desainnya) tapi jadi kelaparan enggak bisa makan, itu akan jadi persoalan etis yang berbeda."

#7
"Temen saya bukan mahasiswa desain, gara-gara bisa Photoshop sama Illustrator langsung menyebut dirinya graphic designer. Pake buka creative studio segala lagi."
"Bukan sepenuhnya salah temen kamu juga. Industri juga ketika buka lowongan 'Dicari desainer dengan kemampuan Photoshop, Illustrator, Flash' yang berhubungan dengan yang operasional. Cara pandang awam sudah keburu salah. Temen kamu melihat peluang itu, ya sudah."

#8
"Semua sektor pendidikan sudah tidak lagi menjadikan perkembangan keilmuan itu sendiri sebagai concern. Lalu apa concern-nya? Industri. Padahal industri hanya satu bentuk dunia. Kalau semua keilmuan berfokus pada industri, ya dirikan saja hanya satu jurusan: Bisnis dan Marketing. Hapuskan saja keilmuan lain, untuk apa? Lalu, kalau keilmuan lainnya sudah dihapus, apalagi yang mau diindustrikan? Industri juga ujung-ujungnya mati."

#9
"Misalnya kamu: masuk 2009. Kemudian 2010, 2011, 2012. 2013 lulus. Kamu melamar kerja, lalu industri tanya ke kamu 'Kamu kan fresh graduate, coba kasih saya fresh idea'. Ya gimana mau kasih fresh idea kalau selama 4 tahun kuliah, idea saya melulu adalah kamu (industri)?"


#10
"Institusi ini jauh lebih takut sama bagaimana supaya enggak mati, daripada takut sama kematian itu sendiri."

*

Sedikit sisa-sisa percakapan dgn Kak Fer kemarin sore. Terlalu banyak pemikiran-pemikiran yang sayang kalau sampai terlupa. Pulang-pulang, saya enggak kunjung selesai merenung panjang dan dalam, termasuk karena sisa-sisa lain dari percakapan yang sama; yang sama-sama menyentaknya tapi enggan saya masukkan ke blog. Saya jadi banyak belajar hanya dengan mendengarkan dan berbicara. Pengajar yang hebat.


You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe