(perihal)

5/26/2011 06:06:00 PM

persetan dengan Freud.
biar saja kita menjadi sama dalam liar
pada celah antara bilik-bilik pribadi yang tak lagi tersamar
(lalu bicara tentang norma yang tercemar).

bukan lima belas tahun jeda yang masih diperbendakan;
lebih pada lambatnya tiga caturwulan kita sepi dalam keramaian
- aku yang sepi dalam kebisingan
(dan menggigil dalam pertanyaan)

pada pikiran
kita membuaskan kiblat manusia
karena kita adalah sama
(sudah, lupakan Sartre, kita guguskan Summerhill kita sendiri)

visi termanifesti
kata-kata kita bercumbuan
idealisme bersenggama
kita liar dalam pikiran
(apa itu realita?)

kemudian kereta berhenti di stasiun terakhir
asap berkepulan di sisa-sisa senja
puntung-puntung rokokmu ditinggalkan, hanya
bau rokokmu berjejalan minta disimpan indra.
lagi, manifesti, yang bisa dikecap tanpa terjamah
(disimpan bersama sisa kafein yang tak bertuan)

tidak melambai
tidak perlu berandai
(menatap balik pada punggung yang menatap dalam angkuh)



dimana kita bermula dan akan berakhir:
kembali di atas pangku keterasingan

aku tidak sedang bertutur perkara roman picisan.



subyek individu dalam rindu,
26 mei 2011

You Might Also Like

0 comments

followers

Subscribe